Sabtu, 06 Maret 2010

Berbagi kasih dalam kesederhanaan

BERBAGI KASIH KEPADA SESAMA

BERSAMA PDKK ST.MIKAEL

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16)

Ayat di atas mengajak kita untuk mengingat kembali betapa Allah telah mengasihi kita melalui banyak cara, salah satunya pengorbanan Yesus di kayu salib. Oleh karena kasihNya kita mengalami penebusan. Karena Allah sudah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi (1Yoh 4:11). Mewartakan kasihNya merupakan tanggapan kita atas segala karunia yang telah kita terima.

Banyak cara untuk dapat mewujudan kasih kita kepada Allah dan sesama, salah satunya dengan membagikan berkat yang telah kita peroleh kepada sesama kita. Yang dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian kepada saudara kita yang membutuhkan.

Sebagai wujud rasa syukur kita akan kasih Allah, kami PDKK St. Mikael mengadakan kunjungan dengan tema “berbagi kasih bersama oma-opa “ yang dilaksanakan pada hari Jumat, 26 Feb 2010 di Panti Wreda Elim. Setelah semua persiapan selesai, kira-kira jam 9.30 kami berangkat dari rumah sdri Lia menuju ke Panti Wreda Elim yang ada di jalan Dr. Cipto 132 (Gendong). Jam 9.45 kami sampai di tempat tujuan dan dengan berbekal sedikit bingkisan acara langsung dimulai. Diawali dengan sambutan ramah ibu Manis (pengurus panti), kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengunjungi oma-opa yang ada di kamar-kamar.

Ketika bertemu dengan penghuni panti, kami merasa agak canggung karena ini merupakan pertama kalinya melakukan kegiatan baksos ke panti wreda. Di kamar pertama, kami menemui mak Anik yang sedang terbaring. Sekilas terkejut karena kami mengira mereka masih bisa melakukan aktifitas mandiri, tetapi ternyata banyak dari mereka yang hanya terbaring di tempat tidur.

Banyak alasan mengapa mereka tinggal di panti. Diantaranya, karena mereka sudah tidak memiliki keluarga, keluarga mereka berada di luar kota, ada pula yang karena kesibukan keluarg mereka menjadi tidak terurus, namun kebanyakan karena mereka tidak bisa mandiri lagi oleh karena penyakit.

Kegembiraan terpancar dari wajah senja mereka ketika kami menyapa mereka satu-persatu. Dengan antusias mereka bercerita pengalaman hidup mereka. Meskipun terkadang mereka lupa apa yang sudah mereka ucapkan, namun kami menyadari kerinduan mereka akan anak cucu mereka. Bahkan karena telalu rindunya pada sanak saudara, mereka menagis. Dengan kasih dan perhatian penuh, kami berusaha untuk memahami mereka, menemani mereka bercerita sambil bertukar pikiran, tak jarang kami bercanda, tawa mereka meyapu hati kami yang merasa iba, semangat pun kami rasakan ketika kami melanjutkan kunjungan ke kamar-kamar berikutnya, meski ada yang tertidur, kami tetap menyempatkan diri untuk memberikan perhatian dan bingkisan yang sudah kami siapkan.

Memasuki kamar tengah, kami menemui dua orang nenek yang sudah tidak bisa bicara, hanya dengan tatapan mata penuh harapan, mereka memandangi kami, sebisa mungkin kami tetap menaruh kasih pada mereka meski keterbatasan dalam berinteraksi, memang rasa kasihan muncul di hati namun kami merasakan kebahagiaan yang sangat, terpancar dari senyuman mereka. Di kamar pojok belakang panti, kami menemui kakek, ternyata beliau adalah mantan dosen ITB, akhirnya mau tidak mau kami ‘kuliah’, cukup menghibur untuk kami, karena kami sempat ditantang untuk main catur, ternyata
si kakek sendiri tidak bisa main catur, ada juga yang mendapat kuliah matematika.

Menuju kamar-kamar terakhir, kami bertemu beberapa penghuni yang cukup berbeda, mereka masih bisa mandiri, tetapi karena sakit pihak keluarga memutuskan untuk menitipkan mereka di panti, seorang nenek yang masih bugar namun cuek ketika di sapa, ternyata nenek itu terkena alzheimer yang menyebabkan memory ketika umur 10 tahun ke atas sudah tidak bisa diingat kembali, dia merasa dirinya masih berumur 7 tahun sehingga kami harus bertingkah layaknya anak kecil untuk dapat ngobrol dengannya, di kamar yang lain kami bertemu nenek yang masih “gaul”, panampilannya berbeda daripada yang lain, dengan make up di wajahnya, dia menghibur kami dengan bernyanyi lagu jadul, dendangan lagu “kemesraan” menemani kami ngobrol dengan penghuni panti yang lain, sungguh indah suasana saat itu meskipun cuaca cukup panas.

Cukup banyak dari mereka yang masih memiliki semangat. Kami juga merasa terhibur karena mereka masih bisa diajak bercanda. Bahkan diantara kami bisa langsung akrab dan betah bercengkrama dengan mereka.

Banyak pelajaran yang kami dapatkan, bahwa segala yang sudah kami persiapkan dengan sungguh-sungguh, tidak menjadi hal yang sia-sia dan kami belajar untuk lebih mencurahkan kasih kepada sesama sesuai hukum kasih kedua yang Tuhan Yesus ajarkan: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mat 22:39)

Semoga apa yang kami lakukan tidak hanya berakhir sampai di sini dan semoga kami bisa lebih menjadi sarana kasih Allah kepada umatNya. Amin


Oleh: PDKK St Mikael (PDKK-St-Mikael.blogspot.com)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar