Senin, 13 September 2010

secangkir kopi


Suatu hari beberapa alumni Universitas California Berkeley yg sudah bekerja & mapan dlm karir,mendatangi profesor kampus mereka yg kini sdh lanjut usia. Mereka membicarakan banyak hal menyangkut pekerjaan maupun kehidupan mereka. Sang profesor lalu ke dapur & kembali dgn membawa seteko kopi panas. Disebuah nampan ia membawa bermacam-macam cangkir. Ada yg terbuat dr kaca kristal, melamin, beling & plastik.

Beberapa cangkir nampak indah & mahal, tetapi ada juga yg bentuknya biasa saja & terbuat dari bahan yg murah. "Silahkan masing-masing mengambil cangkir & menuang kopinya sendiri", Sang prof mempersilahkan tamu-tamunya. Setelah masing-masing memegang cangkir berisi kopi, profesor itu berkata, "Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir-cangkir yg bagus & yang tertinggal kini hanya cangkir murah & tidak begitu menarik. Memilih yang terbaik adalah hal yg normal. Tetapi sebenarnya justru disitulah persoalannya. Ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kalian menjadi terganggu. Kalian mulai melihat cangkir-cangkir yg dipegang orang lain & membandingkannya dgn cangkir yg kalian pegang. Pikiran kalian terfokus kepada cangkir, padahal yg kalian nikmati bukanlah cangkirnya, melainkan kopinya."Sesungguhnya kopi itu adalah kehidupan kita, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, uang & posisi yang kita miliki. Jangan pernah membiarkan wadah dari kopi mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Orang boleh saja menaruh kopi kedalam gelas kristal yg sangat mahal & indah, tetapi belum tentu mereka dpt merasakan nikmat dari kopi tsb. Artinya, ada sebagian orang yg menurut penglihatan jasmaniah kita mereka begitu beruntung & berbahagia, tetapi belum tentu mereka dapat menikmati indahnya karunia kehidupan yg diberikan oleh Tuhan. Mari kita belajar menghargai & mensyukuri hidup ini bagaimanapun cara Tuhan "mengemas"nya untuk kita, yang penting sikapi anugrah kehidupan dengan baik serta mengisinya dgn hal2 yg benar & positif.



"We make a livin' by what we get..
We make a life by what we give.."
©The courtesy of しムれヨメ_にんひ™
̲。•°22634c28°•。┓̲®

Minggu, 23 Mei 2010

Bersyukur


saya Bersyukur?:

Untuk Istri
Yang memberiku makanan yang sama dengan malam kemarin
,
Karena Istriku DIRUMAH malam ini
,?
dan TIDAK bersama orang lain ...
?
J

BERSYUKUR UNTUK SUAMI
Yang duduk bermalasan di Sofa
Sambil baca koran males-malesan
,
Karena doi bersama aku dirumah
dan Tidak keluyuran .. apalagi ke Bar malem ini
.

Bersyukur untuk anakku
Yang selalu PROTES dirumah?
Karena artinya ... dia sedang dirumah
dan TIDAK sedang keluyuran di jalanan

BERSYUKUR untuk Pajak yang saya bayar
karena artinya ??
Saya bekerja ? atau Punya penghasilan ?

BERSYUKUR untuk rumah yang berantakan...
Karena artinya saya masih punya kesempatan
melayani orang-orang yang mengasihi saya ??


BERSYUKUR untuk baju yang mulai kesempitan
karena artinya ...?
Saya bisa lebih dari cukup untuk makan ?

BERSYUKUR pada Bayangan yang mengikutku
Karena artinya ?
Aku tidak disilaukan oleh Matahari ?

BERSYUKUR untuk Kebun yang harus dirapikan dan perkara yang harus dibetulkan dirumah .. !!
Karena artinya ? saya punya Rumah !!!

BERSYUKUR akan berita orang yang lagi DEMO ..
karena artinya
Kiat masih PUNYA kebebasan untuk berbicara


BERSYUKUR untuk dapat tempat parkir yang paling jauh ?

Karena artinya saya masih bisa berjalan kaki ...
dan diberkati dengan kendaraan yang saya bisa bawa ?

BERSYUKUR untuk Cucian ?
Karena artinya ? saya punya baju yang bisa dipakai ?

BERSYUKUR karena kepenatan dan kelelahan kerja setiap hari ...

karena artinya ? SAYA mampu bekerja keras setiap hari ??J

BERSYUKUR mendengar Alarm yang mengganggu di pagi hari ...

Karena artinya ? SAYA MASIH HIDUP ?

AKHIRNYA ? BERSYUKUR dengan banyaknya E-mail yang masuk .. KARENA ARTINYA SAYA MASIH PUNYA ANDA YANG MEMPERHATIKAN SAYA.. !!

from e-mail,(rhema@holiks-smg.com) to (w42n_cie@yahoo.co.id)


Selasa, 09 Maret 2010

Diutus unutk memberitakan Injil

Diutus untuk Memberitakan Injil
Oleh: Bp L Suhartono 19 feb 2010


PDKK St Mikael bersama PDKK St Paulus bersekutu bersama dengan tema "Diutus unutk memberitakan Injil."

Dalam sesi ini kita diajak untuk mendalami arti "Evangelisasi" menurut ajaran gereja Katolik.

  1. Pengertian Evangelisasi
  2. Proses Evangelisasi
  3. Pengutusan Agung Yesus dan lima langkan Evangelisasi Katolik
A. Pengertian Evangelisasi

Evangelisasi adalah PEWARTAAN KABAR BAIK.
Kabar Baiknya adalah: "Bahwa di dalam Yesus Kristus ada keselamatan yang ditawarkan kepada semua umat manusia"

B. Proses Evangelisasi
Berdasarkan Mat 28:18-20

"Yesus mendekati mereka dan berkata: 'kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah. jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai kepada akhir zaman."

dalam kutipan Injil diatas, dituangkan bahwa, kita sebagai umat-Nya:
  • Kita telah diberi kuasa di sorga dan di bumi
  • Kita diutus (pergilah)
  • Untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya
  • dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus
  • Ajar mereka untuk melakukan yang Tuhan perintahkan
  • dan BONUS nya, kita disertai Yesus sampai akhir zaman









Sharing kelompok:
  1. menurut kamu evangelisasi itu apa?
  2. adakah kerinduan untuk melakukannya? mengapa?
  3. bagaimana cara melakukannya?
hasil kesimpulan dari jawaban diskusi:
  1. Evangelisasi=> mewartakan kabar baik yaitu: bahwa di dalam Yesus Krtistus ada keselamatan yang ditawarkan ke pada semua umat manusia.
  2. ADA, dengan berteman kita menjadi lebih hidup, berbagi pengalaman iman, untuk saling menguatkan, membalas cinta Tuhan.
  3. banyak cara, diantaranya: jalan2, wisata rohani, kopi darat, berteman, menguatkan pribadi yang depresi, masuk ke komunitas, melalui cara hidup yang berkenan bagi ALLAH.

Tuhan sudah mengutus kita untuk mewatrakan kabar baik-Nya kepada umat-Nya, dan banyak cara yang bisa dilakukan dan banyak sarana yang sudah Tuhan berikan untuk kita gunakan, untuk apa menunggu???


Terima kasih kepada:
-Bp L Suhartono, atas pengajarannya

-PDKK St Paulus

Semoga Tuhan semakin memberkati kita. Amin

Oleh: PDKK St Mikael (PDKK-St-Mikael.blogspot.com)

Sabtu, 06 Maret 2010

Berbagi kasih dalam kesederhanaan

BERBAGI KASIH KEPADA SESAMA

BERSAMA PDKK ST.MIKAEL

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16)

Ayat di atas mengajak kita untuk mengingat kembali betapa Allah telah mengasihi kita melalui banyak cara, salah satunya pengorbanan Yesus di kayu salib. Oleh karena kasihNya kita mengalami penebusan. Karena Allah sudah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi (1Yoh 4:11). Mewartakan kasihNya merupakan tanggapan kita atas segala karunia yang telah kita terima.

Banyak cara untuk dapat mewujudan kasih kita kepada Allah dan sesama, salah satunya dengan membagikan berkat yang telah kita peroleh kepada sesama kita. Yang dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian kepada saudara kita yang membutuhkan.

Sebagai wujud rasa syukur kita akan kasih Allah, kami PDKK St. Mikael mengadakan kunjungan dengan tema “berbagi kasih bersama oma-opa “ yang dilaksanakan pada hari Jumat, 26 Feb 2010 di Panti Wreda Elim. Setelah semua persiapan selesai, kira-kira jam 9.30 kami berangkat dari rumah sdri Lia menuju ke Panti Wreda Elim yang ada di jalan Dr. Cipto 132 (Gendong). Jam 9.45 kami sampai di tempat tujuan dan dengan berbekal sedikit bingkisan acara langsung dimulai. Diawali dengan sambutan ramah ibu Manis (pengurus panti), kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengunjungi oma-opa yang ada di kamar-kamar.

Ketika bertemu dengan penghuni panti, kami merasa agak canggung karena ini merupakan pertama kalinya melakukan kegiatan baksos ke panti wreda. Di kamar pertama, kami menemui mak Anik yang sedang terbaring. Sekilas terkejut karena kami mengira mereka masih bisa melakukan aktifitas mandiri, tetapi ternyata banyak dari mereka yang hanya terbaring di tempat tidur.

Banyak alasan mengapa mereka tinggal di panti. Diantaranya, karena mereka sudah tidak memiliki keluarga, keluarga mereka berada di luar kota, ada pula yang karena kesibukan keluarg mereka menjadi tidak terurus, namun kebanyakan karena mereka tidak bisa mandiri lagi oleh karena penyakit.

Kegembiraan terpancar dari wajah senja mereka ketika kami menyapa mereka satu-persatu. Dengan antusias mereka bercerita pengalaman hidup mereka. Meskipun terkadang mereka lupa apa yang sudah mereka ucapkan, namun kami menyadari kerinduan mereka akan anak cucu mereka. Bahkan karena telalu rindunya pada sanak saudara, mereka menagis. Dengan kasih dan perhatian penuh, kami berusaha untuk memahami mereka, menemani mereka bercerita sambil bertukar pikiran, tak jarang kami bercanda, tawa mereka meyapu hati kami yang merasa iba, semangat pun kami rasakan ketika kami melanjutkan kunjungan ke kamar-kamar berikutnya, meski ada yang tertidur, kami tetap menyempatkan diri untuk memberikan perhatian dan bingkisan yang sudah kami siapkan.

Memasuki kamar tengah, kami menemui dua orang nenek yang sudah tidak bisa bicara, hanya dengan tatapan mata penuh harapan, mereka memandangi kami, sebisa mungkin kami tetap menaruh kasih pada mereka meski keterbatasan dalam berinteraksi, memang rasa kasihan muncul di hati namun kami merasakan kebahagiaan yang sangat, terpancar dari senyuman mereka. Di kamar pojok belakang panti, kami menemui kakek, ternyata beliau adalah mantan dosen ITB, akhirnya mau tidak mau kami ‘kuliah’, cukup menghibur untuk kami, karena kami sempat ditantang untuk main catur, ternyata
si kakek sendiri tidak bisa main catur, ada juga yang mendapat kuliah matematika.

Menuju kamar-kamar terakhir, kami bertemu beberapa penghuni yang cukup berbeda, mereka masih bisa mandiri, tetapi karena sakit pihak keluarga memutuskan untuk menitipkan mereka di panti, seorang nenek yang masih bugar namun cuek ketika di sapa, ternyata nenek itu terkena alzheimer yang menyebabkan memory ketika umur 10 tahun ke atas sudah tidak bisa diingat kembali, dia merasa dirinya masih berumur 7 tahun sehingga kami harus bertingkah layaknya anak kecil untuk dapat ngobrol dengannya, di kamar yang lain kami bertemu nenek yang masih “gaul”, panampilannya berbeda daripada yang lain, dengan make up di wajahnya, dia menghibur kami dengan bernyanyi lagu jadul, dendangan lagu “kemesraan” menemani kami ngobrol dengan penghuni panti yang lain, sungguh indah suasana saat itu meskipun cuaca cukup panas.

Cukup banyak dari mereka yang masih memiliki semangat. Kami juga merasa terhibur karena mereka masih bisa diajak bercanda. Bahkan diantara kami bisa langsung akrab dan betah bercengkrama dengan mereka.

Banyak pelajaran yang kami dapatkan, bahwa segala yang sudah kami persiapkan dengan sungguh-sungguh, tidak menjadi hal yang sia-sia dan kami belajar untuk lebih mencurahkan kasih kepada sesama sesuai hukum kasih kedua yang Tuhan Yesus ajarkan: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mat 22:39)

Semoga apa yang kami lakukan tidak hanya berakhir sampai di sini dan semoga kami bisa lebih menjadi sarana kasih Allah kepada umatNya. Amin


Oleh: PDKK St Mikael (PDKK-St-Mikael.blogspot.com)



Kamis, 18 Februari 2010

Mengapa Yesus dicobai oleh Iblis di padang gurun?

Mengapa Yesus dicobai oleh Iblis di padang gurun?

(Ditulis oleh Stefanus Tay on Feb 11th, 2010 di kategori: Artikel, Kitab Suci, Spiritualitas. sumber: Katolisitas.org)


Pendahuluan:

Sungguh menjadi suatu tantangan tersendiri untuk mengajak keponakan-keponakan yang masih kecil untuk ke tempat perbelanjaan. Bagi anak-anak kecil toko serba ada merupakan tempat yang menyenangkan dan sekaligus menggoda, karena terlalu banyak mainan yang ditawarkan. Terlebih lagi, toko serba ada tersebut tahu cara menata mainan, sehingga dapat menggoda anak-anak, sehingga mengakibatkan mereka merengek untuk dibelikan mainan.

Pernahkan terfikir oleh kita, bahwa Iblis juga sama seperti pemilik toko serba ada yang tahu cara memberikan iming-iming kepada manusia, sehingga manusia dapat tergoda? Sang penggoda tahu kelemahan-kelemahan manusia, sehingga kalau tidak berhati-hati manusia dapat tergoda dengan mudah. Rasul Yohanes menyadari hal ini sehingga dia mengingatkan godaan dari Iblis yang terdiri dari: keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yoh 2:16). Dan lebih lanjut, Yesus telah membiarkan Diri-Nya dicobai oleh Iblis, sehingga Yesus dapat menyingkapkan perangkap Iblis dan menunjukkan kepada manusia bagaimana untuk bertahan dari godaan Iblis.

Yesus menyingkapkan strategi iblis dalam mencobai manusia dan memberikan solusi untuk menghadapinya

Kisah tentang Yesus dicobai oleh Iblis di padang gurun diceritakan di Mt 4:1-11; Lk 4:1-13 dan Mk 1:12-13. Mari sekarang kita melihat dan membahas apa yang dituliskan oleh Lk 4:1-13.

Pernahkan terfikir oleh kita, mengapa Yesus memberikan Diri-Nya dicobai oleh Iblis? Bukankah Yesus adalah Allah? Mengapa Allah membiarkan Diri-Nya dicobai oleh Iblis? Bukankah sebagai Allah, Yesus tahu bahwa Dia pasti menang melawan godaan Iblis? Namun, semua hal ini dilakukan oleh Yesus bukan untuk Diri-Nya sendiri, namun dilakukannya untuk kepentingan manusia, makhluk yang dikasihi-Nya. Yesus membiarkan Diri-Nya dicobai untuk menunjukkan strategi Iblis dalam menggoda manusia dan pada saat yang bersamaan, Yesus menunjukkan jalan bagaimana untuk menghadapi godaan tersebut. Semua yang Yesus lakukan merupakan suatu pelajaran bagi kita manusia, sehingga kita dapat mengikuti apa yang dilakukan-Nya, sehingga kita dapat mencapai keselamatan kekal.

Yesus adalah hukum yang baru

Puasa selama 40 hari yang dilakukan oleh Yesus, mengingatkan kita akan apa yang dilakukan oleh Musa, seperti yang dikatakan di kitab Keluaran: “Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman” (Kel 24:28). Dengan demikian, Yesus ingin menunjukkan bahwa Dia adalah hukum yang baru. Hukum yang sebelumnya dituliskan dalam dua loh batu sekarang menjadi daging; yang dulu merupakan hukum Taurat (law), sekarang menjadi rahmat (grace). Sama seperti Musa membawa dua loh batu kepada bangsa Israel dan menyatakan hukum Allah, maka Yesus membawa Diri-Nya sendiri dan menyatakan hukum yang baru dalam kotbah di bukit (lih. Mt 5), yang ditutup dengan suatu tuntutan yang terlihat tidak mungkin, yaitu “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mt 5:48). Dan tuntutan akan kesempurnaan hanya mungkin terjadi dengan rahmat Allah, yang tercurah dari pengorbanan Yesus sendiri di kayu salib.

Baptisan adalah suatu genderang perang terhadap iblis

Kita juga melihat bahwa pencobaan Yesus ini terjadi setelah Yesus dibaptis. Kita tahu bahwa baptisan bukan hanya sekedar simbol, namun merupakan suatu tindakan untuk mati terhadap dosa dan hidup di dalam Kristus (lih. Rm 6:1-6). Dengan Sakramen Baptis, maka kita menjadi anak-anak terang dan bukan lagi menjadi anak-anak gelap; meninggalkan manusia lama dan menjadi manusia baru, yang berarti mengikuti jalan Tuhan dan meninggalkan jalan Iblis. Oleh karena itu, secara tidak langsung, orang-orang yang telah dibaptis telah membunyikan genderang perang terhadap Iblis. Jadi, pencobaan Yesus setelah baptisan, mengajarkan kepada kita semua yang telah dibaptis untuk senantiasa bertumbuh di dalam kehidupan spiritualitas kita, karena kita pasti akan mengalami percobaan-percobaan hidup. Kita tidak dapat lulus dalam ujian tanpa bergantung pada rahmat Allah. Dengan demikian, kita harus mengikuti Kristus dalam menghadapi percobaan. Mari kita menganalisa satu-persatu percobaan yang dialami oleh Yesus.

Pencobaan 1 – Merubah batu menjadi roti vs Firman Allah

Kita tahu bahwa dosa asal membawa “concupiscence” atau kecenderungan berbuat dosa. Dan ini diterangkan oleh rasul Yohanes “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dankeinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1 Yoh 2:16) Agar manusia dapat menghadapi tiga hal ini, maka Yesus menunjukkan bagaimana untuk bertahan dari keinginan daging, mata dan keangkuhan hidup. Dan hal ini terungkap dalam tiga macam percobaan yang dialami oleh Yesus.

Kalau kita menghubungkan dengan 1 Yoh 2:16, maka percobaan pertama ini berhubungan dengan keinginan daging. Yesus mengingatkan kita bahwa manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa, mempunyai kebutuhan jasmani dan rohani. Dan kita harus mengingat bahwa kebutuhan jiwa mempunyai tempat yang lebih tinggi dari kebutuhan jasmani, karena jiwa bersifat selamanya sedangkan badan bersifat sementara. Dengan demikian, Iblis senantiasa mengingatkan kita akan kebutuhan jasmani, dan Yesus mengingatkan bahwa kita harus memperhatikan keadaan jiwa kita dengan bergantung pada Firman yang keluar dari mulut Allah. Dan jika Firman itu telah menjadi daging, maka untuk bertahan dari percobaan kedagingan kita harus bergantung pada Sang Firman, yaitu Yesus sendiri, yang adalah Firman (lih. Yoh 1:1).

Pencobaan 2 – Kerajaan dunia dengan sujud menyembah Iblis vs menyembah Allah

Disinilah Iblis memberikan percobaan keinginan mata atau kekuasaan, uang, kerajaan duniawi, yang pada akhirnya menjadi satu paket dengan sujud menyembah si iblis. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mt 6:24) Dan pada percobaan ini, Yesus menegaskan “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mt 4:10) Dan inilah yang menjadi perintah pertama dari 10 perintah Allah, dimana Gereja Katolik mengambil dari Kel. 20:2-5, yang diformulasikan oleh St. Agustinus “Akulah Tuhan, Allahmu: Jangan ada allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi, dan jangan sujud menyembah kepadanya” Dengan demikian, di bagian terakhir ini, Yesus memberikan perintah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa, hati dan segenap akal budi (lih. Mt 22:37).

Pencobaan 3 – Jatuhkanlah Dirimu ke bawah vs Jangan mencobai Allah:

Pencobaan terakhir yang diberikan oleh Iblis kepada Yesus adalah pencobaan yang paling berbahaya, yang telah menjatuhkan Adam dan Hawa. Inilah pencobaan yang digambarkan oleh rasul Yohanes sebagai “keangkuhan hidup“. Keangkuhan atau kesombongan adalah ibu dari segala dosa. Untuk menangkal pencobaan ini, maka Yesus menjawab dengan “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”” (Mt 4:7). Kesombongan menggoda kita dengan mengatakan bahwa kita dapat melakukan semuanya sendiri, termasuk hidup tanpa Allah. Kesombongan membuat kita salah dalam menilai diri kita sendiri. Kesombongan membuat kita yang sebenarnya tidak dapat hidup tanpa Tuhan, berfikir bahwa kita dapat melakukan semuanya sendiri dan tidak perlu melibatkan Tuhan. Di dalam konteks inilah, kita diingatkan oleh Yesus untuk tidak mencobai Tuhan Allah-Mu, yaitu untuk tidak menganggap diri kita sama seperti Tuhan, yang dapat menentukan segala sesuatu sendiri. Kesombongan menghalangi rahmat Tuhan untuk dapat mengalir secara bebas kepada manusia, sehingga manusia yang pada dasarnya lemah akan semakin tidak berdaya tanpa rahmat Allah. Kesombongan ini hanya dapat ditangani dengan kerendahan hati, kebajikan yang menjadi dasar dari semua kebajikan. Kerendahan hati adalah mengakui bahwa kita bukanlah apa-apa dan Tuhan adalah segalanya. Lebih lanjut tentang kerendahan hati, silakan klik di sini. Bagi umat Katolik, salah satu manifestasi dari kerendahan hati adalah pada saat kita menerima Sakramen Tobat, dimana kita mengakui dosa-dosa kita secara terbuka, dengan penyesalan, dan dengan pertolongan rahmat Tuhan berjanji untuk tidak berbuat dosa lagi.

Penutup

Dari pemaparan di atas, kita melihat bahwa Yesus memang datang untuk membawa manusia kepada keselamatan, karena Yesus adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (lih. Yoh 14:6). Agar manusia dapat terus berada di jalan Allah, maka Yesus memberikan rahmat yang bersumber pada misteri Paskah. Namun, karena tahu kelemahan manusia dan pencobaan yang akan diberikan oleh Iblis, maka Yesus sendiri memberikan Diri-Nya untuk dicobai, sehingga manusia tahu cara untuk menghadapi cobaan dari Iblis. Tiga kelemahan manusia, seperti yang dituturkan oleh rasul Yohanes, yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup harus dihadapi dengan Firman Allah, fokus akan tujuan akhir – yaitu Kerajaan Allah, serta dengan kebajikan kerendahan hati. Kita juga perlu merenungkan bahwa inilah yang dilakukan oleh kaum religius, dimana keinginan daging dilawan dengan kaul kemurnian, keinginan mata dilawan dengan kaul kemiskinan, dan keangkuhan hidup dilawan dengan kaul ketaatan. Mari, dalam kapasitas dan kondisi kita masing-masing, kita bersama-sama berjuang untuk bertahan melawan godaan Iblis, dan bertumbuh dalam kekudusan, sehingga kita terus mengejar kesempurnaan, sama seperti Bapa adalah sempurna (lih. Mt 5:48).